18th Sept, 2014.

Tepat 18 hari saya telah mengambil cuti melahirkan dari sekolah. Yang dahulu dalam keadaan urgent harus pulang kampung karena berpikir akan segera melahirkan, dengan tanda-tanda bercak darah. Namun, šŸ™‚ Allah belum mengizinkan si utun untuk lahir sampai saya menulis tulisan ini. Akhirnya waktu cuti yang hanya 2 bulan ini semakin berkurang. Juga, perkiraan bidan, 20 September 2014 adalah hari perkiraan lahir.

Itu sepenggal ceritanya, bagi saya pribadi ini merupakan sebuah fase kesabaran, sebuah fase yang mengujiĀ prasangka saya kepada Allah. Kita sering dituntut untuk ber-husnudzan, namun tanpa disadari terkadang kita membohongi keinginan kita sendiri. Itu yang sedang saya alami mungkin. Itu karena mungkin saya tidak mengerti hakikat husnudzan dan kurangnya kedekatan kepada Allah. Hanya menuntut husnudzan itu sejalan dengan keinginan pribadi.

Hingga saat membaca buku terjemah “Mukhatarul Ahadits” dan terpaut dengan beberapa hadits di dalamnya, salah satunya:

Hadits ke-53

Apabila Allah mengasihi hambaNya, Allah akan menguji dia untuk mendengar permohonannya“.

Maksud:

Seseorang manusia apabila mendapat ujian dari Allah yang diterimanya dengan sabar serta penuh keimanan kepada Allah, maka apabila orang itu memohon kepada Allah agar cobaan yang ada Ā pada dirinya itu berubah menjadi anugerah dan rahmat Allah, doanya dikabulkan Allah. Oleh karena itu bersabarlah menerima cobaan Allah dan berserah diri kepadaNya. Niscaya Allah akan mengganti cobaan itu dengan anugerah dan rahmat.

Allah pasti datang. Tapi memang atas kehendak-Nya, bukan kehendak kita. Kita hanya bisa memohon, bukan memaksa. Kita hanya bisa meminta, bukan mengatur. -Ust.Yusuf Mansur

Aduh, malu rasanya seakan-akan saya memohon dan mengatur semuanya sesuai dengan keinginan saya. In shaa Allah semuanya akan baik-baik saja. berapapun waktu cuti yang “terbuang” menunggu lahiran semoga masih terdapat hikmah dan pahala di dalamnya. Berapa minggu pun umur kehamilan ini, In shaa Allah yang penting sehat dan dilancarkan semua urusannya.