Angkot Bandung

Lagi lagi dan lagi saya membuat  sebuah kisah dengan yang namanya mamang angkot (mangkot). Lagi?! Ya karena sebelumnya pun saya punya banyak kisah dengan mangkot.

Berkali-kali saya bermasalah dengan ongkos dan KEBIASAAN. Ini lah sepenggal sepenggal (jika digabungkan beberapa penggal) kisah saya.

Setiap akan bepergian, saya selalu bawa tempat pensil sekaligus dompet bagi saya. suatu waktu, ketika (entah itu kuliah atau ke sekolah, lupa waktunya) saya akan turun dari angkot lembang dan mempersiapkan ongkos, ternyata dompet (tempat pensil lebih tepatnya) tak berada di dalam tas. di ubek2pun tak ada. Panik pun berkecambuk (??).

Namun syukurlah, kebiasaan saya menyimpan uang kembalian, sampah makanan (ex:ciki), atau apapun langsung ke dalam tas menolong saya sehingga saya memiliki cadangan uang, walaupun harus berusaha memisahkannya dari sampah.

Namun sayangnya dari target 2500, hanya ada ongkos 2200. Akhirnya saya menggulung uang itu.  Merasa bersalah itu pastinya. Saya masih  ingat mangkot ny, dia masih muda mirip personil band apa gitu. Mungkin  sekitar 2 kali naik angkotnya setelah kejadian itu, tapi belum dikembalikan uang Rp.300 ny karena malu. Dan sampai sekarang belum ketemu lagi. Berharap semoga dia masih sehat walafiat dan mempertemukan kami kembali, karena saa TAK MAU DITAGIH DI AKHIKRAT KELAK! Owh, merasa bersalah sangat.

Kejadian lainnya, ketika akan turundari angkot lembang (lagi) saya pikir uang yang dikasih itu sebesar 2500. Namun ternyata pas diliat di dompet (tempat pensil lebih tepatnya) masih ada uang koin Rp.500, setau saya hanya ada koin Rp. 200 dan Rp. 500. Owh sadarlah saya bahwa yang dikasih itu uang sebesar Rp. 2200. Utang lagi lah saya Rp. 300. Tapi saya ingat mangkot nya. Dia mirip pemain film india, kurus tinggi. Ini pun sama ketika sekitar 1 atau 2 kali bertemu(bukan hny di angkot) belum dibayar karena malu. Owh sangat-sangat bersalah. Berharap kami bertemu lagi. JANGAN TAGIH SAYA DI AKHIRAT!

Owh ini karena kebiasaan malu saya, jadi banyak hal baik yang kehambat, dan karena kebiasaan saya ga teliti membuat saya pusing sendiri..

Kejadian berikutnya ketika saya akan pergi ke rumah saudara yang tidak terlalu jauh (kalo di ongkosin cuma Rp. 1000). Saya memakai celana olahraga. Di dalam saku itu saya simpan HP. Ketika saya turun, terdengar suara-suara entah suara barang jauh ato suara tempat duduk yang gerak-gerak. Tak dihiraukanlah. Byarlah ongkos ke mangkot tercinta. Beberapa selang waktu dari turun saya pegang saku ternyata HPtak ada. Sempat terlintas  mau kembali ke angkot untuk mengecek. Pas di lihat masih ada angkot itu dibelakang saya mau belok. Namun pikiran saya, “ah malas kayaknya ada di rumah ga dibawa kayanya”. Tapi terlintas pula, “Eh kalo ternyata ga ada di rumah, nanti saya nyesel ga sempet ngecek”. Eeeh tetep saja saya tidak ngecek. Ditelepon, baru sadar kalau HP itu baru di charge dan belum dinyalakan. Hoaaaam, Walhasil!! Di rumah maupun disekitarnya tak ada HP itu. HP itu bukan hlang, tapi sepertinya “dihilangkan” oleh saya sendiri :(. Tapi saya masih ingat wajah mangkot nya. Dia mirip Syekh Puji. Dan dari kejadian itu saya pernah naik angkotnya 2 kali dengan rangkaian kisah menarik lainnya. Selang beberapa hari  saya bertemu dengannya kembali, ditanyakanlah  perihal adanya HP yang pernah jatuh di angkot itu, eh di luar dugaan saya dicuekin.

Owh, again n again kebiasaan saya bersantai tidak mau bersusah payah, ceroboh membawa kesengsaraan tersendiri.

Kisah yang berbeda dengan mangkot yang sama. Mangkot Syekh Puji. Ya ada kisah lagi yang terangkai. Ketika dalam angkot saya bertemu denganteman SMP, berbincang-bincanglah saya dan sampai tibalah saya sampai tempat tujuan (dah nyampe). Nah pas lagi nyebrang, tiba-tiba Mangkot itu manggil-manggil saya,  perasaan pun tak enak. Dan ternyata benar, saya lupa bayar ongkos. Saya pikir udah bayar ke kenek, ternyata emang tak ada kenek yang nongkrong di angkot itu.

Owh, bayangkan jika kalian ada di posisi saya, saya pura-pura nyantai padahal gusti nu agung, malu setengah mati apalagi pas liat ekspresi tertawa penumpang lain.

Ini lah kebiasaan saya yang pelupa dan  jiwa gretongan yang kental ada di diri saya. Owh owh owh

Tak berhenti sampai situ,  kisah terakhir saya terjadi saat-saat ini. Ketika saya naik angkot menuju pulang ke Lembang, kelelahan dan tidurlah di pojok angkot. Tidur pulas dan saat terbangun para penumpang sudah turun, dan untungnya saya terbangun pas di temapt seharusnya saya turun. Kaget masih lulungu dari bangun tidur saya mencari-cari uang di dompet (lebih tepatnya tempat pensil). Si Mangkot majuin angkotnya ke depan saya pikir itu untuk parkir ke pinggir, maka dengan tenang nya saya pun masih mencari-cari ongkos, eh ternyata Mangkot itu langsung pergi. Entah dia lupa ada penumpang terakhir atau emang berniat mengratiskan saya. Tapi dia pergi begitu saja. Terpaku lah saya.

Walaupun jiwa gretongan saya kental tapi saya takut di tagih pas di akhirat nanti. huwaa. Maafkan saya Pa, tidak seperti kisah-kisah lainnya, saya tidak bisa mengembalikan uang ongkos itu karena saya benar-benar tak ingat wajah bapak. Saya sedekahkan saja ya.

Owh lagi. Kebiasaan buruk membawa sengsara. Tidur. Ya masalah yang begitu pelik, sulit, dan urgen untuk diatasi.

Dari semua kejadian itu, saya belajar mengenai kebiasaan yang berdampak besar pada perilaku dan takdir. Mengenai hal kecil yang berdampak terhadap hal yang besar. Mengapa? seperti ini:

sesuai dengan teori-teori yang pernah saya dapatkan yaitu: Lintasan pikiran -> ide/gagasan -> keyakinan -> kemauan ->tindakan -> kebiasaan ->karakter

di sini dari kebiasaan bisa jadi karakter, nah ini lah yang ditakutkan. Kebiasaan buruk yang menjadi karakter buruk pula.

Hal kecil berdampak pada hal besar. Mengapa? seperti ini:

mungkin uang yang dihutangkan hanya Rp. 300 atau Rp. 3000 tapi jika hal kecil itu berlarut sampai di akhirat nanti, bisa jadi pengganjal untuk masuk surga karena kita di tagih-tagih belum bayar hutang. Waa takut.

JADI Wahai Mangkot yang saya-saya maksud semoga kita masih bisa bertemu sehat walafiat dan bagi mangot yang saya lupa wajahnya, semoga Anda ikhlas untuk ongkos nya yang akan saya sedekahkan saja.

Wallahu’alam.

Ceriaaaa.